Minggu, 14 Agustus 2011

Musisi-musisi pemberontak


Kehadiran musik dalam guratan sejarah telah berhasil menancapkan fakta tersendiri. Jagad musik dalam beberapa dekade terakhir telah memunculkan barisan musisi yang tidak hanya sekedar lihai meramu instrumen, namun lebih dari itu, musik sebagai bahasa universal mampu beroperasi dalam dialektika sosial masyarakat.

Pergeseran naluri musik tidak lagi sebatas pengalaman estetis-auditif ataupun hiburan semata. Musik ditangan beberapa musisi progresif semakin menghentakkan iramanya ke jantung realitas. Mendentingkan kesadaran di tengah ketimpangan sosial, atau bahkan tidak jarang pula memacu kekuatan radikal menuju perubahan sosial.

Dalam segmentasi berbagai genre musik, para musisi telah semakin berani mengusung komposisi nada perlawanan atau pemberontakan. Intonasi kritik dan protes pun akhirnya lekat dengan musik, jumlahnya sebanyak para musisi yang meyakini bahwa pembaharuan sosial bisa disuarakan melalui musik.

Gerakan punk, misalnya, lahir dalam notasi kegalauan sosial, di mana anak-anak muda meluapkan kebosanan terhadap represi politik yang dilakukan oleh para penguasa. Hal semacam itulah yang memicu beragam gerakan perlawanan dalam sendi perkembangan musik di belahan dunia.

Pelaku resistensi dan pemberontak dapat diamati secara lintas-genre. Dalam ranah rock, band rap-rock Rage Against The Machine (RATM) adalah contoh yang cukup representatif. Bukan hanya karena musik dan liriknya yang mengedepankan kritik politik, namun juga karena para personel band ini sangat aktif dalam gerakan-gerakan politik perlawanan sayap kiri.

Jauh sebelumnya, pada dekade 1960-an, Bob Daylan menjadi sosok penting dalam gerakan perlawanan kaum muda terhadap kebijakan pemerintah Amerika Serikat yang melanjutkan perang di Vietnam. Perjuangan dan dedikasi Bob Dylan di dunia musik demikian mengagumkan. Dia merupakan musisi multidimensional, penyanyi, pencipta lagu, penulis, sastrawan, dan disc jockey. Dylan bahkan berhasil memprovokasi lahirnya sejumlah genre dalam musik pop, termasuk folk-rock dan country-rock.

Sejumlah karya terbaik Dylan begitu populer ketika dirinya menjadi dokumentarian dan tokoh pergolakan di Amerika Serikat. Karya-karya Dylan dianggap mampu menjadi kontrol sosial bagi perilaku pemerintah serta masyarakat yang bertindak berlebihan. Tak heran jika pengaruhnya terus bergema hingga beberapa generasi. Nama Bob Dylan tak lekang dari ingatan. Belakangan warga dunia masih menyanyikan lagu-lagunya dalam berbagai demonstrasi dan aksi protes terhadap aksi Amerika menginvasi Irak beberapa tahun silam.

Blantika musik dunia pun menorehkan sejumlah musisi yang bisa dikatakan sebagai inspirator sekaligus “provokator”. Bob Marley sang punggawa musik Reage mampu menghadirkan kepercayaan diri, pemberontakan dan keadilan. Jim Morrison (vokalis band The Doors) mengusung latar musik rock baru dengan suasana yang kompleks, surealis, dan sugestif yang mengeksplorasi seks, mistisisme, obat-obatan, pembunuhan, kegilaan hingga kematian. Marilyn Manson, rockstar yang berhasil mencitrakan dirinya dengan sosok yang lekat dengan kegelapan dan satanik.

Musisi Lokal
Pada jalur musik pemberontak, masyarakat Indonesia tentu tidak asing dengan nama Iwan Fals. Konsistensinya terhadap lagu-lagu dengan lirik perlawanan terhadap ketidakadilan membuatnya dikenal sebagai pahlawan kaum pinggiran. Dia mengungkapkan realitas sosial dalam untaian lirik lagu berirama balada.

Setiap kali mendengar lagu-lagu Iwan Fals, banyak orang yang sejenak tersadarakan kondisi sosial tanah air. Orang menyukainya karena lagu-lagunya mudah dicerna dan mengandung pesan-pesan humanis yang mendalam. Kelebihan lirik lagu-lagu iwan yang paling mencolok adalah kenyataan bahwa dia tidak lahir dari ruang hampa, lirik-liriknya lahir dari hasil jepretan atas kondisi sosial politik Indonesia sendiri dengan penggunaan kata-kata sederhana, telanjang, dan kadang-kadang jenaka.

Nama lain yang tak kalah kondang adalah almarhum Harry Roesli, musisi kelahiran Bandung yang kerap melahirkan karya-karya yang sarat kritik sosial dan bahkan bernuansa pemberontakan terhadap kekuasaan diktator yang korup. Kegiatannya di mana saja tak pernah lepas dari pengawasan aparat. Dia juga sering terlibat dalam berbagai aksi dan advokasi ketidakadilan. Pada masa Orde Baru, pementasan musik dan teater yang dibuatnya sering dicekal aparat keamanan.

Saat bergulirnya reformasi Mei 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto, Harry berada di barisan depan para demonstran. Rumahnya pada waktu itu menjadi pusat aktivitas relawan Suara Ibu Peduli di Bandung. Sejak dulu rumahnya ramai dengan kegiatan para seniman jalanan dan tempat berdiskusi para aktivis mahasiswa.

Sikap kritis Harry tidak hanya berhenti setelah lengsernya Soeharto. Pada masa pemerintahan BJ Habibie, salah satu karyanya yang dikemas 24 jam nonstop juga nyaris tak bisa dipentaskan. Juga pada awal pemerintahan Megawati, dia sempat diperiksa Polda Metro Jaya gara-gara mempelesetkan lagu wajib Garuda Pancasila.

Resistensi dan kemajuan musik semakin menegaskan pentingnya semangat perdamaian, persatuan, dan kampanye anti-kekerasan. Musik seakan bergerak menjadi aparatus kebudayaan dan gerakan yang menghujam segala bentuk ketidakadilan serta penindasan.

Kisah pergolakan 25 orang musisi yang mempunyai semangat perlawanan tercover dalam buku ini. Mereka berasal dari berbagai zaman, lokasi, dan genre musik. Beberapa dari mereka sudah meninggal dunia, beberapa lainnya masih terus berkarya hingga sekarang. Dari pengalaman mereka itulah kita bisa merefleksikan pentingnya pembaharuan dalam kehidupan yang selama ini belum berjalan secara adil dan menyenangkan.

Siapa Berani "Meminjam Cermin" Mahmoud Ahmadinejad?


Benarkah Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad adalah presiden termiskin di dunia? Jawabannya bisa ya dan bisa tidak. Dijawab ya, karena memang dialah presiden di dunia dengan kekayaan sebagai berikut: kekayaan dan propertinya terdiri dari sedan Peugeot 504 tahun 1977 dan sebuah rumah sederhana warisan ayahnya 40 tahun yang lalu di sebuah daerah kumuh di Teheran!

Kalau dijawab tidak, maka dialah presiden di dunia tempat paling kaya bagi banyak pejabat negara manapun untuk "bercermin" alias introspeksi diri. Banyak masyarakat menginginkan pejabat-pejabat di negaranya untuk berprilaku sebagaimana Ahmadinejad, "meminjam" cermin Ahmadinejad untuk melihat diri mereka. Dan setelah bercemin kepada pribadi presiden tersebut mereka pun lalu hendaknya menjadi pejabat yang sangat sederhana dan "amanah" dalam pengertian kasat mata.

"Ketika bercermin, saya melihat orang di dalam cermin itu dan mengatakan kepadanya: Ingat, kau tak lebih dari seorang pelayan, hari di depanmu penuh dengan tanggung jawab yang berat, yaitu melayani bangsa Iran," kata Ahmadinejad ketika diwawancarai TV
Fox (AS).

Tidur hanya beralaskan karpet dan selimut
Gambaran tentang Ahmadinejad, memang membuat orang ternganga dan terheran-heran. Lebih dari ternganga, mungkin banyak pejabat kita yang "terpelongo". Apakah masih ada "manusia" seperti dia? Seorang presiden di suatu negara pastilah akan merasa "gerah" setrelah mengetahui kehidupan presiden Iran yang namanya mendunia ini. Apalagi jika presiden itu diminta pendapatnya untuk mau mengikuti gaya hidup Ahmadinejad.

Yang membuat orang terpelongo adalah saat pertama kali menduduki kantor kepresidenan, ia menyumbangkan seluruh karpet istana Iran yang sangat tinggi nilainya kepada masjid di Teheran dan menggantikannya dengan karpet biasa yang mudah dibersihkan.

Di istana, ada ruangan yang sangat besar untuk menerima dan menghormati tamu VIP, lalu ia memerintahkan untuk menutup ruang tersebut dan memintan pada protokoler untuk menggantinya dengan ruangan biasa dengan dua kursi kayu yang sederhana tetapi terlihat impresif.

Pertama kali menjabat presiden Iran yang langsung dilakukannya adalah mengumumkan kekayaannya tadi, yang sama sekali tak sebanding dengan lazimnya kekayaan seorang pejabat di negara-negara lain umumnya. Jangankan dibandingkan dengan presiden, dengan anggota legislatif di Indonesia pun ia "tak layak diperbandingkan". Padahal, kalau dilihat dari sisi reputasi, ia adalah salah satu pemimpin dunia yang amat berpengaruh dalam percaturan dunia saat ini.

Sebagai presiden, ia masih tinggal di rumahnya. Di banyak kesempatan ia menyempatkan diri bercengkerama dengan petugas kebersihan di sekitar rumah dan kantor kepresidenannya.

Rekening banknya pun bersaldo minimum, dan satu-satunnya uang masuk baginya adalah uang gaji bulanannya. Gajinya sebagai dosen di sebuah universitas hanya senilai US$250.

Lalu, apakah yang sebenarnya ingin dikejar Ahmadinejad dengan menampilkan diri menjadi presiden sebuah Negara yang sangat penting secara strategis, ekonomis, politik dan pertahanan di kawasan Arab dan bahkan dunia itu?

Presiden ini malah tidak mengambil gajinya, alasannya adalah bahwa semua kesejahteraan adalah milik negara dan ia bertugas untuk menjaganya.

Satu hal yang membuat kagum staf kepresidenan adalah tas yg selalu dibawa sang presiden tiap hari yang selalu berisikan sarapan roti isi atau roti keju yang disiapkan istrinya dan memakannya dengan gembira, ia juga menghentikan kebiasaan menyediakan makanan yang dikhususkan untuk presiden.

Hal lain lagi yang ia ubah adalah kebijakan Pesawat Terbang Kepresidenan. Ia mengubahnya menjadi pesawat kargo sehingga dapat menghemat pajak masyarakat dan untuk dirinya, ia meminta terbang dengan pesawat terbang biasa dengan kelas ekonomi.

Ia juga menghentikan kebiasaan upacara karpet merah, sesi foto, atau publikasi pribadi, atau hal-hal seperti itu saat mengunjungi berbagai tempat di negaranya.

Saat harus menginap di hotel, ia meminta diberikan kamar tanpa tempat tidur yang tidak terlalu besar karena ia tidak suka tidur di atas kasur, tetapi lebih suka tidur di lantai beralaskan karpet dan selimut.

Ia kerap mengadakan rapat dengan menteri-menterinya untuk mendapatkan info tentang kegiatan dan efisiensi yang sudah dilakukan, dan ia memotong protokoler istana sehingga menteri-menterinya dapat masuk langsung ke ruangannya tanpa ada hambatan.

Saat ia meminta menteri-menterinya untuk datang kepadanya, mereka akan menerima sebuah dokumen yang ditandatangani yang berisikan arahan-arahan darinya, arahan tersebut terutama sekali menekankan mereka untuk tetap hidup sederhana dan disebutkan bahwa rekening pribadi maupun kerabat dekatnya akan diawasi, sehingga pada saat mereka akan berakhir masa jabatannya dapat meninggalkan kantornya dengan kepala tegak.

Apakah Ahmadinejad ingin menyindir banyak pejabat di seluruh dunia dengan berperilaku seperti itu atau ingin merendahkan posisi presiden?

Presiden Iran ini memang membuat orang terpelongo dan foto-foto kesederhanaan dirinya menyebar ke banyak negara termasuk Amerika Serikat yang amat memusuhi program-program pertahanan Iran di bawah kepemimpinannya.

Yang paling dipujakan orang terhadapnya adalah prilakunya di dalam mesjid. Dalam hal bermakmum dalam sholat, Anda akan sering melihat bahwa seorang presiden tidak duduk di baris paling muka. Pada kesempatan apa pun, ketika suara azan berkumandang, ia langsung mengerjakan sholat di mana pun ia berada meskipun hanya beralaskan karpet biasa. Tidak heran, ada sebuah foto Ahmadinejad sedang duduk melaksanakan sholat di pinggir sebuah jalan hanya beralasakan kain!

Ketika dia mengadakan hajatan besar yaitu menikahkan puteranya, pernikahan putra presiden itu tak menghabiskan milyaran rupiah seperti ketika putra seorang menteri di Indonesia menikah. Pernikahan itu, penikahan seorang putra presiden negara sestrategis seperti Iran, hanya layaknya pernikahan anak seorang kaum buruh.

Ada sebuah kuis: Apakah Anda seorang pejabat yang sanggup �meminjam cermin" Ahmadinejad, lalu mau "berprilaku miskin namun kaya hati, sekaya Ahmadinejad"? (W/Yunizar Nassyam)

Selasa, 09 Agustus 2011

KONSTRUKSI GAYA HIDUP ALA ROCKSTAR



Bintang adalah bintang. Meskipun pada masanya bintang akan meredup. Tapi saat masih menjadi bintang, kenapa tidak dimanfaatkan? Dan para rockstar pada generasi bunga pun sadar kalau mereka adalah bintang. Mereka hidup di zaman kebebasan, jadi kenapa juga mereka tidak hidup bebas? Mereka pun hidup sesuai aturan yang berlaku disana pada saat itu, yaitu no rules!


Pola hidup mereka telah terstruktur untuk hedon dan bebas. Karena mereka idola, wajar jika gaya hidup mereka diikuti oleh para penggemarnya. Yang lebih keren, sang pemuja benar-benar mengamini gaya hidup para “nabi” rock n roll itu. Hal ini merupakan hal yang lumrah, pemuja mengikuti dan meniru segala hal tentang idolanya. Dan para pemujanya pun tumbuh menjadi calon bintang rock. Mereka adalah orang-orang yang akan meneruskan tahta menjadi bintang dan pembawa pesan rock n roll pada seluruh umat manusia di masa yang akan datang. Axl Rose, Izzy Stradlin, Slash, C.C Deville, Vince Neill atau Tommy Lee, mungkin adalah beberapa nama yang saat itu masih sangat muda dan memuja Jimi Hendrix, Mick Jagger, Keith

Richard atau Jim Morrison.


Apa yang lalu terjadi? Selain karena faktor patologis, otak mereka jadi terstruktur bahwa seorang rocker, musisi rock, harus bersikap seperti itu. Pemberontak, urakan, suka minuman beralkohol, menggunakan obat-obatan terlarang, meniduri banyak groupies atau melemparkan tv dari kamar hotel mereka. Jadilah mereka manusia, idola dan binatang secara bersamaan.

Mungkin mereka tidak sadar bahwa sikap mereka telah mengancam populasi rocker di masa depan. Di Indonesia sendiri, menerapkan gaya hidup seperti itu adalah tidak mungkin. Para orang tua, terutama ibu, akan khawatir kalau anaknya bercita-cita menjadi rocker. Ya betul, orang tua tentu takut sang anak akan mati overdosis, atau menjadi pecandu alkohol, menghamili groupies lalu punya anak haram. Di Negara liberal seperti Amerika atau Inggris,


mungkin hal itu adalah biasa. Tapi di Indonesia?

Saya jadi berandai-andai. Andai saat itu, Jimi Hendrix tidak menggunakan LSD. Membayangkan Jim Morrison membawa injil dan setiap minggu pergi ke gereja. Bermimpi andai Janis Joplin beragama Islam, berkerudung, rajin sholat dan mengaji di masjid. Andaikan saja para rocker tersebut bersikap manis, mengajarkan para pemujanya bagaimana seorang rocker bisa bersikap manis dan sopan.

Andai saja semua rocker bisa berpakaian seperti The Beatles. Rapi, tidak memakai celana jeans butut yang robek di bagian lutut. Dengan rambut pendek, bukannya gondrong awut-awutan. Andai saja para rocker jaman dahulu mengajarkan untuk jangan minum alkhol, jangan nyimeng, jangan pake heroin, belajar yang rajin, pastilah orang tua setuju kalo anaknya jadi rocker. Mungkin akibatnya tidak begitu terasa di Negara liberal. Tapi di Indonesia sendiri, dampaknya bisa jadi sangat terasa. Mungkin tahun 70-an, AKA, God Bless atau The Rollies bisa mengilhami para anak muda lain untuk menjadi rocker. Tapi sekarang?

Coba anda bilang ke orang tua anda, “saya tidak mau menjadi dosen, saya mau menjadi seperti Jim Morrison Pak. Saya mau menjadi rocker! Lalu punya istri yang seperti Janis Joplin,” lalu lihat bagaimana reaksi orang tua anda. Memang tidak semua orang tua akan bersikap kontra terhadap keinginan seperti itu, tapi bisa dipastikan, sebagian besar orang tua di Indonesia akan berpikir seribu kali untuk memperbolehkan anaknya menjadi seorang musisi rock. Ujung-ujungnya pasti kita disuruh bikin band yang alirannya kayak Samsons, Ungu atau Kangen Band, biar bisa dapet banyak duit. Paling pol ya kita disuruh ikutan ajang menyanyi yang banyak mencetak penyanyi karbitan dan idola instant. Tapi jadi rocker? Apalagi tipe rocker seperti Keith Richard, orang tua anda akan berpikir seribu kali untuk memperbolehkan, bahkan kemungkinan besar tidak akan diperbolehkan.

Terlepas dari anggapan negatif para orang tua tentang gaya hidup ala bohemian ini, kita sebenarnya patut mencontoh mereka. Terserah anda mau meniru yang bagian mana, positif atau negatifnya. Di balik sikap mereka yang ugal-ugalan, mereka adalah beberapa nama yang berani bersikap kritis, lalu berbuat sesuatu berdasarkan cara mereka sendiri. Mereka merubah dunia dengan cara mereka sendiri. Mereka adalah beberapa nama yang telah tercatat dalam hitam putih lembar rock n roll. Sebagian dari mereka mati muda? No fucking problem at all. Mereka mati dengan masih mempertahankan idealisme mereka dan mereka mati setelah puas menikmati surga duniawi. Masalah nanti dibakar dan dirajam habis-habisan di neraka, itu hubungan habblu minallah. Kita tidak berhak untuk menghakimi dan menganggap mereka adalah titisan setan. Karena kita bukan Tuhan!

Senin, 08 Agustus 2011

Joe Bonamassa-The Ballad Of John Henry 2009


Minggu, 07 Agustus 2011

Ana Popovic-The Hustle Is On 2009


01- Blues For M
02- How The Mighty Have Fallen
03- How’d You Learn To Shake It Like That
04- I’m About To Leave You
05- Fool Proof
06- That’s Why I Cry
07- Steal Me Away
08- You Don’t Move Me
09- The Hustle Is On
10- Girls Of Many Words
11- Walk Away
12- New York City
13- Sittin On Top Of The World
14- Get Back Home To You
15- Nothing Personal
16- Learn To Treat Me Right
17- Neighbour Neighbour
18- Statesboro Blues

album baru Ana popovic


Ana Popovic ( 35 tahun), pemusik blues wanita asal Siberia, yang tahun lalu sempat tampil di Jakarta ( Jakarta Blues Festival), Bandung dan Bali benar-benar tipikal pekerja keras. Ya, walaupun sejak 10 tahun terakhir ia bermukim di Belanda, namun demi karir ia tak segan-segan untuk mundar mandir Eropa-Amerika. Ia sadar betul bahwa untuk mencapai reputasi yang tinggi ia harus mau berjuang di Amerika. Dan ternyata apa yang dilakukannya tidak sia-sia. Secara perlahan tapi pasti namanya mulai diperhitungkan di kancah blues Amerika. Ia menjadi sering tampil di Festival Blues terkemuka, termasuk di ajang Festival Blues bergengsi Legendary Rhythm & Blues Cruise ( Festival Blues Kapal Pesiar ) dan selama musim tahun ini Ana Popovic didawalkan tampil di 34 jang blues festival di Amerika dan Eropa. Bahkan pada tanggal 5 juli lalu di Jerman, Ana Popovic tampil sebagai pemusikl pembukan untuk konser BB King !

Namun salah satu hal yang mungkin paling penting dicatat dari aktifitas Ana Popovic untuk tahun ini, paling tidak sampai saat ini, adalah akan dirilisnya album baru yang berjudul Uncondtional pada tanggal 16 Agustus yang akan datang. Untuk menggarap album ini selama tiga bulan ( Januari-Maret 2011) Ana Popovic tinggal di New Orleans, ya karena penggarapan album ini dilakukan Piety Street recordings yang ada di New Orleans. “Pada album terdahulu saya menggarapnya di Los Angeles dan Memphis, tapi untuk kali ini saya melakukannya di New Orleans….sungguh luar biasa mengingat sejarah musik sangat lekat dengan kota ini, Atmosfirnya jelas berpengaruh positif pada pada penggarapan album ini.” kata Ana Popovic. .

Berisi 12 lagu, album ini berisi beberapa lagu blues klasik yang merupakan favorit Ana Popovic dan beberapa lagu karya Ana Popovic sendiri. Album yang diproduseri oleh John Porterdan Ana Popovic, tidak hanya menyerap energi dan atmosfir kota New Orleans, tapi juga didukung oleh pemusik-pemusik terbaik dari New Orleans. yaitu John Clearly pada hammondB3 , David Torkanowski (piano), Calvin Turner ( bas) dan Doug Belote (drums) serta Sonny Landreth pada slide guitar “Sonny Landreth adalah pemain slide idola saya sejak saya masih di Belgrade ( Siberia). Ini seperti mimpi yang jadi kenyataan.” katan Ana Popovic lagi. Tak sampai di situ pada album ini juga bergabung Jason Ricci, pemain harmonika modern yang revolusioner, yang mebuat album yang di rilis oleh label Ecleto Groove ini sangat layak ditunggu !

sumber; onestopblues.com

Kamis, 04 Agustus 2011

Che Guevara: APA YANG HARUS KITA PELAJARI DAN APA YANG HARUS KITA AJARKAN (1958)

Artikel ini ditulis pada minggu-minggu terakhir sebelum kemenangan, dipublikasikan pada tanggal 1 Januari 1959 di Patria, organ resmi Tentara Pemberontak di Propinsi las Villas


Di bulan Desember ini, bulan peringatan kedua pendaratan Granma, sangat bermanfaat untuk menilik kembali tahun-tahun perjuangan bersenjata dan pertempuran revolusioner kita selama ini. Gejolak pertama diberikan oleh kudeta Batista pada tanggal 10 Maret 1952, dan lonceng pertama bergema pada tanggal 26 Juli 1953, dengan penyerbuan tragis Moncada itu.

Jalanan ini masih panjang dan penuh dengan kesulitan serta kontradiksi. Pada rangkaian setiap proses revolusioner yang diarahkan secara tulus dan bila para pejuangnya sendiri tidak menghambatnya, selalu akan terjadi serangkaian interaksi berkesinambungan (resiprokal) antara pimpinan dan massa revolusioner. Gerakan 26 Juli pun merasakan efek dari hukum sejarah ini. Masih terdapat jurang pemisah antara kelompok kaum muda yang antusias yang melakukan penyerbuan garnisun Moncada pada dini hari 26 Juli 1953, dan pemimpin-pemimpin Gerakan itu pada saat ini, bahkan sekalipun orang-orangnya adalah sama. Selama lima tahun perjuangan ini –termasuk dua peperangan terbuka—telah membentuk semangat revolusioner kita yang senantiasa berhadapan dengan kenyataan dan kearifan naluriah rakyat.

Sesungguhnyalah, kontak kita dengan massa petani telah mengajarkan pada kita adanya ketidakadilan nyata di dalam sistem hubungan pemilikan pertanian pada saat ini. Kaum tani telah meyakinkan kita demi adanya perubahan fundamental yang adil dalam sistem pemilikan tersebut. Mereka menyinari praktek kita sehari-hari dengan kapasitas pengorbanan-dirinya, keagungan, dan kesetiaan.

Namun kita juga mengajarkan sesuatu. Kita telah mengajarkan bagaimana menghilangkan semua ketakutan terhadap penindasan musuh. Kita telah mengajarkan bahwa senjata ditangan rakyat adalah lebih unggul dibanding tentara-tentara bayaran itu. Pendeknya, sebagaimana dinyatakan pepatah umum yang tak perlu diulang-ulang lagi : dalam persatuan ada kekuatan.

Dan para petani yang telah menyadari akan kekuatan dirinya mendesak gerakan, pelopor perjuangannya, untuk maju lebih berani menuntut, hingga menghasilkan undang-undang reformasi agraria Sierra Maestra no.3. [1] Pada saat ini, undang-undang tersebut merupakan kebanggan kita, lambang perjuangan kita, alasan kita untuk hadir sebagai sebuah organisasi revolusioner.

Namun ini bukanlah selalu pendekatan kita terhadap masalah-masalah sosial. Pengepungan benteng kita di Sierra, dimana kita tidak memiliki hubungan yang sungguh penting dengan massa rakyat, dimana sesekali kita mulai merasa lebih yakin kepada senjata kita daripada yakin kebenaran ide-ide kita. Karena inilah, kita kemudian mengalami kepedihan pada tanggal 9 April, saat mana menandai perjuangan sosial dimana Alegria de Pio –satu-satunya kekalahan kitadalam lapangan pertempuran—telah gambarkan dalam perkembangan perjuangan bersenjata.

Dari Alegria de Pio kita dapat menarik pelajaran revolusioner agar tidak mengalami kegagalan lagi dalam pertempuran lainnya. Dari peristiwa 9 April itu, kita juga belajar bahwa strategi perjuangan massa mengikuti hukum-hukum yang tak bisa di belokkan atau dihindari. Pengalaman-pengalaman itu secara jelas memberi pelajaran kepada kita. Untuk kerja diantara massa petani –dimana kita telah mempersatukan mereka, tak peduli afiliasinya, dalam perjuangan demi tanah—saat ini saat ini kita menambahkannya dengan tuntutan kaum buruh yang mempersatukan masa proletar dibawah satu bendera perjuangan, Front Persatuan Buruh Nasional (FONU), dan satu tujuan taktis jangka pendek; pemogokan umum revolusioner.

Disini kita tidak menggunakan taktik-taktik demagogi dalam rangka memamerkan ketrampilan politik. Kita tidak mendalami perasaan massa atas dasar rasa keinginan tahu ilmiah semata; kita melakukannya karena menyambut panggilalan rakyat. Karena kita, sebagai pelopor pejuang buruh dan tani yang tak segan-segan mencucurkan darah kita di gunung-gunung dan dataran negeri Kuba ini, bukan elemen yang terisolasi dari massa rakyat; kita adalah bagian amat dalam dari rakyat. Peran kepemimpinan kita jangan mengisolasi kita; malahan sudah seharusnyalah ia mewajibkan kita untuk selalu bersama massa.

Fakta, bahwa kita adalah gerakan dari semua kelas di Kuba, yang membuat kita juga memperjuangkan kaum profesional dan pengusaha kecil yang menginginkan hidup dibawah undang-undang yang lebih baik; kita juga berjuang demi kaum industrialis Kuba yang berusaha memberi sumbangan kepada bangsa dengan menciptakan pekerjaan ; berjuang untuk setiap orang baik yang ingin melihat Kuba bebas dari kepedihan sehari-hari dimasa menyakitkan sekarang ini.

Sekarang melebihi dari yang sudah-sudah, gerakan 26 Juli, berjuang untuk kepentingan yang paling tinggi dari bangsa Kuba, berperang, tanpa kecongkakan, namun juga tanpa ragu-ragu, demi kaum buruh dan tani, demi kaum profesional dan pengusaha kecil demi para industrialis nasional, demi demokrasi dan kebebasan, demi hak untuk menjadi anak bebas, dari rakyat bebas, demi kebutuhan hidup kita sehari-hari, menjadi tindakan pasti dari upaya kita sehari-hari.

Pada peringatan kedua ini, kita ubah rumusan semboyan kita. Kita tidak lagi “menjadi bebas atau menjadi martir”. Kita akan menjadi bebas –bebas melalui tindakan seluruh rakyat Kuba, yang sedang memutuskan rantai-rantai penindasan dengan darah dan pengorbanan dari putra-putrinya yang terbaik.

Desember 1958

Catatan:

[1] UU .no.3 Sierra Maestra dicanangkan oleh tentara pemberontak pada 10 Oktober 1958. Undang-undang ini menjamin pemilikan tanah kaum petani penggarap, penghuni ‘liar’, dan petani bagi hasil, yang masing-masing memperoleh pembagian kurang lebih dua Caballerias(67 Are). Undang-undang ini merupakan pendahuluan bagi reformasi agraria yang lebih menyeluruh yang dicanangkan oleh pemerintah revolusioner pada 17 Mei 1959.

Malcom X

"Di usiaku yang ke-39, aku berada di kota suci Mekkah. Saat itulah untuk pertama kali di dalam hidup aku berdiri di hadapan Tuhan Yang Maha Kuasa dan merasa menjadi manusia yang utuh."

[Malcom X seperti yang dituturkannya pada Alex Haley, 'The Autobiography of Malcolm X', Grove Press, 1965]



Malcolm X, lahir dengan nama Malcolm Little tanggal 19 Mei 1925 di Omaha, Nebraska, Amerika Serikat. Sebutan nama "X" adalah simbol yang dipakainya sebagaimana dulu orang mengidentifikasikan budak kulit hitam Afrika di abad 19. Para pedagang budak tak peduli nama-nama mereka, hanya disebut dengan panggilan "Mr. X".

Earl Little, ayahnya, adalah pendeta gereja baptis pendukung Pan-Africa, sebuah aliran pemikiran tentang penyatuan orang-orang Afrika di seluruh dunia sebagai komunitas global. Ayah Malcolm ini juga pemimpin lokal UNIA (Universal Negro Improvement Association), sebuah organisasi yang bertujuan meningkatkan kehidupan orang-orang negro di seluruh dunia. Muncul dari gerakan sipil negro di akhir abad 19 yang gerah dengan perdagangan budak Afrika, menyatukan visi mereka bersama dan menjadi organisasi yang besar hingga sekarang. Sementara Louisa Norton, ibunya, adalah negro yang lahir dari korban perkosaan orang kulit putih, seorang ibu rumah tangga biasa.

Latar belakang pengasingan dan pengucilan negro yang kerap dihadapi Malcom, membuatnya begitu membenci orang kulit putih. Saat itu pembantaian terhadap negro kerap dilakukan oleh Ku Klux Klan, sebuah gerakan radikal atas supremasi kulit putih yang didirikan tahun 1865 di Tennessee. Mereka memakai topeng dengan jubah panjang berwarna putih dan menghabisi banyak keluarga negro.

Saat masih berusia 5 tahun, rumah mereka dibakar oleh Black Legion, organisasi supremasi kulit putih yang didirikan leh William Shepart dan merupakan bagian dari organisasi Ku Klux Klan. Tanggal 28 September 1931, ayahnya dibunuh dengan cara didorong ke arah trem yang sedang melaju. Desember 1938 ibunya tak kuat menanggung rasialis orang kulit putih, berbagai teror yang dialami membuatnya mengalami gangguan jiwa dan dinyatakan secara hukum menjadi gila. Keluarga mereka tercerai-berai, anak-anak menempati panti asuhan yang berbeda-beda.

Sedemikian bencinya Malcolm karena keluarganya selalu mendapat teror dan hancur karena gerakan supremasi kulit putih. Di SMP, Malcolm adalah anak yang cerdas dan sering menggugat gurunya terutama pada pelajaran agama. Mempertanyakan kenapa Yesus berambut pirang padahal dilahirkan di Yerusalem dan bukan dari ras Kaukasia.

Februari 1941, Malcolm pindah ke Boston di rumah Budenya, Ella Little Collins. Di sini ia menemui begitu banyaknya komunitas negro, Malcolm tertarik dengan kehidupan sosial dan budaya di lingkungan yang banyak orang kulit hitamnya. Tahun 1943 ia pindah ke Harlem, New York, terlibat dalam lingkungan pertemanan kriminal, terlibat dalam bisnis narkoba juga perjudian. Tak cuma itu, pemerasan, perampokan dan bisnis prostitusi juga ia alami. Tahun 1945 ia kembali ke Boston dan masih melakukan hal yang sama, tindakan kriminal. Ini didasarinya atas kebencian pada orang kulit putih.

12 Januari 1946, Malcolm merampok rumah kaya orang kulit putih, disidang di pengadilan, kemudian masuk penjara Charlestown, Boston bulan Februari 1946. Di penjara ia mendapat julukan "Setan" karena tak percaya agama.

Di penjara, ia berkenalan dengan John Elton Bembry yang kemudian lewat diskusi-diskusi mereka, Malcolm mengenalNation of Islam, organisasi keagamaan yang didirikan oleh Wallace Fard Muhammad di Detroit, Michigan, Juli 1930.

Tahun 1948, salah seorang tokoh Nation of Islam, Elijah Muhammad, menasehati Malcolm lewat surat untuk kembali ke jalan yang benar dan tak lagi berbuat kriminal dengan cara menundukkan hati di hadapan Tuhan. Malcolm yang pemberontak, sulit menerima nasehat Elijah, butuh waktu bagi Malcolm untuk bisa menerima nasehatnya.

Lama-kelamaan, kekerasan hatinya melunak dan masukNation of Islam. Tanggal 7 Agustus 1952, dibebaskan dari penjara, mendatangi Elijah di Chicago Illinois dan mengganti nama keluarganya dari Malcolm Little menjadi Malcolm X.

5 tahun lebih setelah keluar dari penjara, tanggal 14 Januari 1958, Malcolm menikahi Betty Sanders di Lansing, Michigan dan memiliki 6 orang anak yang semuanya adalah perempuan.

Malcolm aktif dalam kegiatannya di Nation of Islam, hal ini menimbulkan kecurigaan FBI yang secara khusus menyelidiki Malcolm apakah ia memiliki peran dalam Partai Komunis di Nation of Islam. Belum lagi pidato-pidato Malcolm tentang Nation of Islam yang selalu dibumbuinya dengan rasialisme, juga kebenciannya akan orang kulit putih, makin membuat FBI perlu menyelidiki secara mendalam Malcolm X.

Pidato-pidato Malcolm begitu membius dan menyihir orang-orang kulit hitam yang mendengarnya. Ia sangat kritis tentang gerakan hak-hal sipil dan menganjurkan pemisahan Amerika atas orang kulit hitam dan kulit putih dengan mendirikan negara terpisah. Ia juga secara tegas mengkritik Martin Luther King, Jr sebagai si bebal yang menjadi bonekanya orang kulit putih.

Malcolm menjadi orang nomer 2 di Nation of Islam setelah Elijah Muhammad, ia juga yang membuat organisasi ini menjadi besar dalam kurun waktu 1 dasawarsa. Di tahun 1952, Nation of Islam hanya beranggotakan 500 orang, tapi di tahun 1963 anggotanya berkembang pesat menjadi 25.000 orang.

Dalam kondisi ini, Malcolm juga yang mengajak petinju fenomenal, Casius Clay, bergabung dengan Nation of Islamyang kemudian mengganti namanya menjadi Muhammad Ali. Namun sayang, kepopulerannya di Nation of Islam justru membuatnya sering bersitegang dengan Elijah, salah satu tuduhannya adalah Elijah melakukan zinah dengan sekretarisnya.

Sampai akhirnya tanggal 8 Maret 1964, Malcolm mengumumkan pada dunia bahwa ia meninggalkan organisasi itu dan memilih menjadi Islam yang sebenarnya tanpa terikat organisasi. Ia keluar dari Nation of Islambersama Muhammad Ali, mereka memilih Islam Sunni sebagai kepercayaannya.

Setelah lepas dari Nation of Islam, Malcolm justru banyak belajar tentang Islam dari keberagaman yang ada. Tanggal 13 April 1964, Malcolm berangkat ke Jeddah, Arab Saudi, untuk belajar Islam sekaligus berhaji. Datang dalam kondisi tak berkemampuan berbahasa Arab.

Di sini puncak kesadaran tertinggi dari Malcolm bahwa Islam itu terlalu luas, terlalu beraneka ragam tak seperti yang ia temui di Nation of Islam yang melulu orang kulit hitam. Berbagai ras ia temui saat naik haji, membuatnya berpikir tentang keanekaragaman dalam Islam.

Pulang haji, Malcolm langsung pergi ke Afrika, memberikan wawancara pada surat kabar, wawancara di televisi juga radio di Mesir, Ethiopia, Tanganyika (sekarang Tanzania), Nigeria, Ghana, Guinea, Sudan, Senegal, Liberia, Aljazair, dan Maroko. Hal ini juga yang menarik perhatian Alex Haley, penulis berkulit hitam untuk membuat biografi Malcolm X.

Haley mengikuti Malcolm sejak awal tahun 1963, sampai tanggal 21 Pebruari 1965, ketika Malcolm berbicara diManhattan's Audubon Ballroom saat pertemuan Organisasi Persatuan Afro-Amerika, di antara 400-an orang yang ada di sana, timbul kerusuhan, dari situ ada yang mendekatinya dan menembaki Malcolm 16 kali dengan senapan sawed-off shotgun berlaras pendek dengan peluru kaliber .45". Malcolm meninggal tak lama kemudian di Rumah Sakit Columbia Presbyterian, jam 15.30 sore.

Malcolm dimakamkan di Harlem's Unity Funeral Home, diantar oleh sekitar 30.000 orang yang kehilangannya. Belakangan diketahui 3 orang pembunuh Malcolm X adalah dari Nation of Islam, orang yang menembakinya langsung, Thomas Hagan, ditangkap di tempat kejadian. Sementara 2 orang lainnya yang mengalihkan perhatian dengan membuat kerusuhan, Norman Butler dan Thomas Johnson, ditangkap beberapa hari setelahnya. Norman Butler dibebaskan dari penjara tahun 1985 dan Thomas Johnson tahun 1987. Sementara Thomas Hagan yang menjadi penembak Malcolm langsung dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Namun saat usianya memasuki 69 tahun, tanggal 28 April 2010 kemarin, Hagan dibebaskan dari penjara.

Adapun buku yang dibuat Haley selama mengikuti Malcolm X sejak tahun 1963, The Autobiography of Malcolm X, buku yang mengisahkan tentang perjalanan aktivis hak azasi manusia lengkap dengan pernak-pernik kehidupannya, 3 minggu setelah kematian Malcolm, penerbit Doubleday yang didirikan tahun 1897 ini menolak untuk menerbitkan dan membatalkan kontrak meski telah memberi uang muka sebanyak 30.000 Dolar AS pada Alex Haley dan Malcolm X.

Hal ini dilirik oleh penerbit Grove Press, sebuah penerbitan yang tergolong baru karena didirikan tahun 1951. Grove Pressmengajukan diri untuk menerbitkan buku yang dibuat Haley.

Di luar dugaan, buku 'The Autobiography of Malcolm X' yang diterbitkan oleh Grove Press laku keras hingga jutaan kopi, Harian The New York Times sendiri mencatat tak kurang 6 juta kopi dari buku ini laris terjual hingga tahun 1977.

Bahkan di tahun 1992, saat film Malcolm X yang disutradarai oleh Spike Lee diluncurkan, buku ini melonjak penjualannya hingga 300% selama kurun waktu 1989-1992.

Sejarah membuktikan bahwa tak selamanya hitam itu menjadi hitam, Malcolm X membuktikannya bahwa hitam bisa menjadi putih. Namun ada juga yang sebaliknya, putih yang bisa menjadi hitam, tapi jelas itu bukan Malcolm X.

CMIIW, :D repost. hehe..

Che!


Wajahnya pasti sudah tak asing lagi bagi Anda. Hampir semua anak muda di dunia termasuk Indonesia, pernah menggunakan kaos bergambar dirinya. Sejak kematiannya Ernesto “Che” Guevara telah menjadi ikon dan figur dengan citra sangat terkenal di dunia. Gambar Che terpampang di mana-mana. Poster, buku, topi, pin, kotak rokok, sampul kaset, dan yang paling banyak, T-shirt. Tapi kenyataannya, banyak orang yang memakai kaos bergambar Che tidak mengetahui siapa sebenarnya Che Guevara. Ada yang mengatakan ia seorang pahlawan amerika latin, ada yang mengatakan ia sahabat dari Fidel Castro-tokoh karismatik Kuba , malah ada yang mengira dia itu artis. Mungkin coretan ringkas ini dapat membantu Anda untuk mengenal sosok Che dan mengapa ia begitu melegenda.

Menilik dari perannya yang fenomenal bagi revolusi Kuba, orang tentu akan beranggapan ia adalah asli orang Kuba. Pendapat itu salah..! Lelaki yang mempunyai nama asli Ernesto Guevara Lynch de La Serna adalah orang Argentina. Sedangkan julukan Che berasal dari bahasa Italia yang berarti teman dekat atau sahabat. Arnesto dilahirkan di Rosario, Argentina, dari keluarga berdarah campuran Irlandia, Basque dan Spanyol. Tanggal lahir yang ditulis pada akta kelahirannya yakni 14 Juni 1928, namun yang sebenarnya adalah 14 Mei 1928.

Pada usianya yang begitu muda, Che Guevara telah menjadi seorang pembaca yang lahap. Ia rajin membaca literatur tentang Karl Marx, Engels dan Sigmund Freud yang ada di perpustakaan ayahnya. Memasuki sekolah menegah pertama (1941) di Colegio Nacional Deán Funes (Córdoba). Di sekolah ini dia menjadi yang terbaik di bidang sastra dan olahraga. Di rumahnya, Che Guevara tergerak hatinya oleh para pengungsi perang saudara Spanyol, juga oleh rentetan krisis politik yang parah di Argentina.

Berbagai peristiwa tertanam kuat dalam diri Guevara, ia melihat sebuah penghinaan dalam pantomim yang dilakonkan di Parlemen dengan demokrasinya. Maka muncul pulalah kebenciannya akan politisi militer beserta kaum kapitalis dan terutama kepada dolar Amerika Serikat ,yang dianggap sebagai lambang kapitalisme. Meski demikian dia sama sekali tidak ikut dalam gerakan pelajar revolusioner. Ia hanya menunjukkan sedikit minat dalam bidang politik di Universitas Buenos Aires, (1947), tempat ia belajar ilmu kedokteran.

Motorcycle Diaries

The Revolutioner

The Revolutioner

Pada tahun 1949 dan 1951 ia melakukan perjalanan panjangnya dengan seorang teman menjelajahi amerika latin hanya dengan bersepeda motor. Itulah untuk pertama kalinya ia bersentuhan langsung dengan orang miskin dan sisa suku Indian. Ia mengunjungi Amerika Selatan, Chili di mana dia bertemu Salvador Allende, dan di Peru ia bekerja sama selama beberapa minggu di Leprasorium (rehabilitasi penderita kusta) San Pablo. Che Guevara mengisahkan perjalanannya dalam buku harian yang kemudian diterbitkan dalam sebuah buku dengan judul Buku Harian Sepeda Motor (The Motorcycle Diaries), yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan kemudian difilmkan dengan judul yang sama (2004).

Perjalanan Ernesto dengan sepeda motornya, sedikit banyak memberikan perubahan besar dalam dirinya sehingga ketika ia kembali ke daerah asalnya ia berkeyakinan bulat ia harus merubah dunia meskipun itu artinya perang. Kemudian Ia melanjutkan perjalanan ke Guatemala dan mencukupi kebutuhan hidupnya dengan menulis artikel arkeologi tentang reruntuhan Indian Maya dan Inca.

Guatemala saat itu diperintah oleh Presiden Jacobo Arbenz Guzman yang seorang sosialis. Meskipun Che telah menjadi penganut paham marxisme dan ahli sosial Lenin ia tak mau bergabung dalam Partai Komunis. Hal ini mengakibatkan hilangnya kesempatan baginya untuk menjadi tenaga medis pemerintah, oleh karena itu ia menjadi miskin. Ia tinggal bersama Hilda Gadea, penganut paham Marxis keturunan Indian lulusan pendidikan politik. Orang inilah yang memperkenalkannya kepada Nico Lopez, salah satu Letnan Fidel Castro. Guevara kagum pada Raúl Castro dan Fidel Castro juga para emigran politik dan ia menyadari bahwa Fidel-lah pemimpin yang ia cari.

Bergabung dengan Fidel Castro

Che dan Fidel

Che dan Fidel

Arnesto bergabung dengan pengikut Castro di rumah-rumah petani tempat para pejuang revolusi Kuba dilatih perang gerilya secara keras dan profesional oleh kapten tentara Republik Spanyol Alberto Bayo, seorang pengarang “Ciento cincuenta preguntas a un guerilleo” (Seratus lima puluh pertanyaan kepada seorang gerilyawan) di Havana, tahun 1959. Bayo tidak hanya mengajarkan pengalaman pribadinya tetapi juga ajaran Mao Ze Dong dan Che menjadi murid kesayangannya.

Pada bulan Juni 1956 ketika mereka menyerbu Kuba, Che pergi bersama mereka, pada awalnya sebagai dokter namun kemudian sebagai komandan tentara revolusioner Barbutos. Ia yang paling agresif dan pandai dan paling berhasil dari semua pemimpin gerilya dan yang paling bersungguh-sungguh memberikan ajaran Mao Ze Dong kepada anak buahnya. Ia juga seorang yang berdisiplin kejam yang tidak sungkan-sungkan menembak orang yang melakukan kesalahan. Di sinilah ia mendapatkan reputasi atas kekejamannya yang berdarah dingin.

Pada saat revolusi dimenangkan, Guevara merupakan orang kedua setelah Fidel Castro dalam pemerintahan baru Kuba dan dianggap yang bertanggung jawab menggiring Castro ke dalam komunisme yang menuju komunisme merdeka bukan komunisme ortodoks ala Moskwa yang dianut beberapa teman kuliahnya. Che mengorganisasi dan memimpin “Instituto Nacional de la forma Agraria”, yang menyusun hukum agraria yang isinya menyita tanah-tanah milik kaum feodal (tuan tanah) dan menggusur orang orang komunis dari pos-pos strategis. Dia mengantarkan perekonomian Kuba begitu cepat ke komunisme total, menggandakan panen dan mendiversifikasikan produksi yang ia hancurkan secara temporer.

Pada tahun 1959, Guevara menikahi Aledia March, kemudian berdua mengunjungi Mesir, India, Jepang, Indonesia yang juga hadir pada Konfrensi Asia Afrika, Pakistan dan Yugoslavia. Sekembalinya ke Kuba ia diangkat sebagai Menteri Perindustrian, menandatangani pakta perdagangan (Februari 1960) dengan Uni Soviet yang melepaskan industri gula Kuba pada ketergantungan pasar Amerika.

Penentangan resminya terhadap komunis Uni Soviet mulai tampak ketika dalam organisasi Solidaritas Asia Afrika di Aljazair (Februari 1965) menuduh Uni Soviet sebagai kaki tangan imperialisme dengan berdagang tak hanya dengan negara-negara blok komunis dan memberikan bantuan pada negara berkembang sosialis atas pertimbangan pengembaliannya. Guevara mengadakan konferensi Tiga Benua untuk merealisasikan program revolusioner, pemberontakan, kerjasama gerilya dari Afrika, Asia dan Amerika Selatan. Ia ingin merubah dunia..!

Kematian Che

Che Guevara sebelum dan sesudah eksekusi

Che Guevara sebelum dan sesudah eksekusi

Sikap Che yang tidak kenal kompromi pada dua negara kapitalis mendorong negara komunis untuk memaksa Castro memberhentikan Che (1965) bukan secara resmi tetapi secara nyata. Ia kemudian berada di berbagai Negara Afrika terutama Kongo di mana dia mengadakan survei akan kemungkinan mengubah pemberontakan Kinshasa menjadi sebuah revolusi komunis dengan taktik gerilya Kuba. Mereka sia-sia saja melawan kekejaman Belgia dan Che meminta Castro untuk menarik mundur saja bantuan Kuba.

Petualangan revolusioner terakhir Che adalah di Bolivia, karena ia salah memperkirakan potensi negara itu yang mengakibatkan konsekuensi yang buruk. Tertangkapnya Che oleh tentara Bolivia pada 8 Oktober 1967 adalah akhir dari segala usahanya dan hukuman tembak dijatuhkan sehari setelah itu. Pada tanggal 12 Juli 1997 jenazahnya dikuburkan kembali dengan upacara kemiliteran di Santa Clara, di provinsi Las Villas, di mana Guevara mengalami kemenangan dalam pertempuran ketika revolusi Kuba.

Che menjadi legenda. Ia dikenang karena keganasannya, penampilannya yang romantis, gayanya yang menarik, sikapnya yang tak kenal kompromi dan penolakan atas penghormatan berlebihan atas semua reformasi murni dan pengabdiannya untuk kekejaman dan sikapnya yang flamboyan. Ia juga idola para pejuang revolusi dan bahkan kaum muda generasi tahun 1960-1970 atas tindakan revolusi yang berani yang tampak oleh jutaan orang muda sebagai satu-satunya harapan dalam perombakan lingkup borjuis kapitalisme, industri dan komunisme.

Berbagai tokoh sastra, musik dan seni telah mempersembahkan komposisinya kepada Che Guevara. Penyair Chili Pablo Neruda mempersembahkan kepadanya puisi Tristeza en la muerte de un héroe (Kesedihan karena kematian seorang pahlawan) dalam karyanya pada tahun 1969. Pengarang Uruguay, Mario Benedetti menerbitkan (1967) serangkaian puisi yang dipersembahkan kepadanya dengan judul “Pada tingkat impian”.

Penyanyi Carlos Puebla mempersembahkan sebuah lagu Hasta siempre comandante Che Guevara (Untuk selamanya komandan Che Guevara) dan sebagainya. Saat ini, film yang menceritakan tentang kehidupan Che di produksi untuk kesekian kalinya dan dibintangi actor peraih oscar Benechio Del Toro. Meskipun ia telah tiada, Che telah memberitahukan dunia isi kepalanya.(Sumber:Harian Global)

Ditulis dalam Fenomena by Harian Global Medan

Periode Emas ROCK.!


Dalam pandangan saya, musik pada zaman itu adalah masa kejayaan musik rock n roll. Mulai yang dianggap terbesar, The Beatles hingga sang pelopor Heavy Metal, Led Zeppelin, Deep Purple atau Black Sabbath. Memang, sejarah mencatat periode 1959 hingga 1975 sebagai periode kejayaan musik rock. Dimana para legenda lahir dan seakan menjadi “nabi” yang membawa wahyu dan pencerahan bagi para pendengarnya.

Musik rock mereka pun bermacam jenisnya. Mau yang sedikit lembut dan “manis”? ada The Beatles, atau mau musik rock dengan vokalis yang punya range vocal tinggi dan solo gitar

mewah? Ada Led Zeppelin dan Deep Purple. Adapula yang sedikit gelap dengan bumbu psychedelic seperti The Doors dan 13th Elevator. Hingga progresif macam YES atau Pink Floyd. Wanitanya pun tidak ketinggalan. Ada sang ratu musik rock yang namanya tetap abadi sampai sekarang, Janis Joplin. Anda mengaku sebagai rocker tapi tidak kenal siapa mereka?






masuk nerakalah anda!

Pergerakan musik rock era Flower Generation ini mencapai titik kulminasi pada tahun 1969. Sebuah lahan pertanian seluas 240 hektar milik Max Yasgur yang terletak di Bethel, New York menjadi saksi bisu dari sebuah acara legendaris yang diadakan mulai tanggal 15 – 18 Agustus. Woodstock adalah nama pagelaran itu. Sebuah pagelaran musik raksasa paling bergengsi yang masuk pada “50 Moments That Changed the History of Rock and Roll” versi Rolling Stone. Musisi yang tampil disana adalah beberapa nama yang kita kenal hingga sekarang. Mereka melambangkan etos solidaritas dan semangat. Kata semangat mungkin pantas ditujukan pada Joan Baez yang pada saat tampil, dia sedang hamil 6 bulan! Santana, The Grateful Dead, CCR, The Who, Jhonny Winter dan Saudaranya, Edgar Winter, Janis Joplin, dan ditutup oleh sang dewa gitar, Jimi Hendrix, adalah beberapa nama yang tampil di Woodstock paling legendaris itu. Diperkirakan lebih dari 500.000 “hippies” datang dan menyaksikan acara ini.

Di Indonesia sendiri, musik ala The Beatles pun sempat masuk dan menjadi trend, meskipun mendapat perlawanan yang keras dari pemerintah.

Koes Plus Bersaudara tentu tak akan lupa pengapnya terali besi yang mereka rasakan saat presiden pertama kita memenjarakan mereka karena beliau menganggap musik mereka dianggap mirip The Beatles. “Ngak Ngik Ngok!” adalah istilah untuk musik mereka. Warisan imperalis kapitalis! Teriak mereka yang membenci musik ini.

***

Pernah menonton Almost Famous? Film yang bersetting pada tahun 1973 ini adalah film garapan Cameron Crowe yang bercerita tentang seorang anak muda yang bekerja di majalah musik Creem, lalu direkrut untuk menulis di majalah Rolling Stone. Film ini adalah salah satu film yang menceritakan dengan gamblang bagaimana kehidupan para bintang rock, groupies hingga orang tua pada zaman itu.

William Miller, sang wartawan remaja itu seharusnya menulis tentang Black Sabbath. Tapi karena tidak memiliki tiket, maka dia tidak diperbolehkan masuk ke dalam gedung pertunjukan. Ditengah cara memikirkan cara masuk ke dalam konser untuk meliput Black Sabbath, dia bertemu dengan gerombolan cewek yang tidak mau disebut groupies. Mereka mendeklarasikan diri mereka sebagai Band Aides. Mereka beranggapan kalau groupies adalah wanita murahan yang mau tidur dengan seorang bintang rock untuk mendapat popularitas, tapi mereka beda. Mereka juga bilang tidak akan berhubungan seks dengan para pemain band itu. Juga tidak akan jatuh cinta pada mereka. Gerombolan Band Aides ini dipimpin oleh seorang wanita cantik bernama Penny Lane yang diperankan sangat apik oleh Kate Hudson. Kate sendiri pada dunia nyata menikah dengan vokalis The Black Crowes, Chris Robinson, meski pada akhirnya mereka bercerai.

Setelah mengetahui perbedaan antar groupies dan Band Aides, William bertemu dengan sebuah band mediocre, Stillwater. Pada akhirnya, William memutuskan untuk menulis tentang band ini dengan cara mengikuti tour band ini meski hal ini sempat ditentang oleh ibunya.

Perjalanan yang menggambarkan gaya hidup di zaman Flower Generation pun diceritakan dengan sangat jelas, kalau tidak mau dibilang eksplisit, oleh Cameron Crowe yang memang pernah bekerja sebagai wartawan di Rolling Stone dan pernah mengikuti tour band raksasa seperti The Allman Brothers, Lynyrd Skynyrd hingga Led Zeppelin.

Ganja, LSD, seks adalah suatu hal yang biasa saat itu. Justru kalau ada orang yang tidak memakainya, mereka akan dianggap aneh oleh orang lain. Hal ini tercermin saat ibu William mengantar William ke konser Black Sabbath.

“Don’t take drugs!” seru sang ibu. Tapi yang terjadi adalah orang-orang yang mendengar jeritan sang ibu hanya tertawa sinis dan mengulang kalimat sang ibu dengan gaya sarkas. Hal ini sedikit banyak melambangkan sikap orang tua yang kontras dengan gaya hidup pada saat itu.