Dalam pandangan saya, musik pada zaman itu adalah masa kejayaan musik rock n roll. Mulai yang dianggap terbesar, The Beatles hingga sang pelopor Heavy Metal, Led Zeppelin, Deep Purple atau Black Sabbath. Memang, sejarah mencatat periode 1959 hingga 1975 sebagai periode kejayaan musik rock. Dimana para legenda lahir dan seakan menjadi “nabi” yang membawa wahyu dan pencerahan bagi para pendengarnya.
Musik rock mereka pun bermacam jenisnya. Mau yang sedikit lembut dan “manis”? ada The Beatles, atau mau musik rock dengan vokalis yang punya range vocal tinggi dan solo gitar
mewah? Ada Led Zeppelin dan Deep Purple. Adapula yang sedikit gelap dengan bumbu psychedelic seperti The Doors dan 13th Elevator. Hingga progresif macam YES atau Pink Floyd. Wanitanya pun tidak ketinggalan. Ada sang ratu musik rock yang namanya tetap abadi sampai sekarang, Janis Joplin. Anda mengaku sebagai rocker tapi tidak kenal siapa mereka?
masuk nerakalah anda!
Pergerakan musik rock era Flower Generation ini mencapai titik kulminasi pada tahun 1969. Sebuah lahan pertanian seluas 240 hektar milik Max Yasgur yang terletak di Bethel, New York menjadi saksi bisu dari sebuah acara legendaris yang diadakan mulai tanggal 15 – 18 Agustus. Woodstock adalah nama pagelaran itu. Sebuah pagelaran musik raksasa paling bergengsi yang masuk pada “50 Moments That Changed the History of Rock and Roll” versi Rolling Stone. Musisi yang tampil disana adalah beberapa nama yang kita kenal hingga sekarang. Mereka melambangkan etos solidaritas dan semangat. Kata semangat mungkin pantas ditujukan pada Joan Baez yang pada saat tampil, dia sedang hamil 6 bulan! Santana, The Grateful Dead, CCR, The Who, Jhonny Winter dan Saudaranya, Edgar Winter, Janis Joplin, dan ditutup oleh sang dewa gitar, Jimi Hendrix, adalah beberapa nama yang tampil di Woodstock paling legendaris itu. Diperkirakan lebih dari 500.000 “hippies” datang dan menyaksikan acara ini.
Di Indonesia sendiri, musik ala The Beatles pun sempat masuk dan menjadi trend, meskipun mendapat perlawanan yang keras dari pemerintah.
Koes Plus Bersaudara tentu tak akan lupa pengapnya terali besi yang mereka rasakan saat presiden pertama kita memenjarakan mereka karena beliau menganggap musik mereka dianggap mirip The Beatles. “Ngak Ngik Ngok!” adalah istilah untuk musik mereka. Warisan imperalis kapitalis! Teriak mereka yang membenci musik ini.
***
Pernah menonton Almost Famous? Film yang bersetting pada tahun 1973 ini adalah film garapan Cameron Crowe yang bercerita tentang seorang anak muda yang bekerja di majalah musik Creem, lalu direkrut untuk menulis di majalah Rolling Stone. Film ini adalah salah satu film yang menceritakan dengan gamblang bagaimana kehidupan para bintang rock, groupies hingga orang tua pada zaman itu.
William Miller, sang wartawan remaja itu seharusnya menulis tentang Black Sabbath. Tapi karena tidak memiliki tiket, maka dia tidak diperbolehkan masuk ke dalam gedung pertunjukan. Ditengah cara memikirkan cara masuk ke dalam konser untuk meliput Black Sabbath, dia bertemu dengan gerombolan cewek yang tidak mau disebut groupies. Mereka mendeklarasikan diri mereka sebagai Band Aides. Mereka beranggapan kalau groupies adalah wanita murahan yang mau tidur dengan seorang bintang rock untuk mendapat popularitas, tapi mereka beda. Mereka juga bilang tidak akan berhubungan seks dengan para pemain band itu. Juga tidak akan jatuh cinta pada mereka. Gerombolan Band Aides ini dipimpin oleh seorang wanita cantik bernama Penny Lane yang diperankan sangat apik oleh Kate Hudson. Kate sendiri pada dunia nyata menikah dengan vokalis The Black Crowes, Chris Robinson, meski pada akhirnya mereka bercerai.
Setelah mengetahui perbedaan antar groupies dan Band Aides, William bertemu dengan sebuah band mediocre, Stillwater. Pada akhirnya, William memutuskan untuk menulis tentang band ini dengan cara mengikuti tour band ini meski hal ini sempat ditentang oleh ibunya.
Perjalanan yang menggambarkan gaya hidup di zaman Flower Generation pun diceritakan dengan sangat jelas, kalau tidak mau dibilang eksplisit, oleh Cameron Crowe yang memang pernah bekerja sebagai wartawan di Rolling Stone dan pernah mengikuti tour band raksasa seperti The Allman Brothers, Lynyrd Skynyrd hingga Led Zeppelin.
Ganja, LSD, seks adalah suatu hal yang biasa saat itu. Justru kalau ada orang yang tidak memakainya, mereka akan dianggap aneh oleh orang lain. Hal ini tercermin saat ibu William mengantar William ke konser Black Sabbath.
“Don’t take drugs!” seru sang ibu. Tapi yang terjadi adalah orang-orang yang mendengar jeritan sang ibu hanya tertawa sinis dan mengulang kalimat sang ibu dengan gaya sarkas. Hal ini sedikit banyak melambangkan sikap orang tua yang kontras dengan gaya hidup pada saat itu.
0 komentar:
Posting Komentar